Rebutan Candi Preah Vihear: Konflik Thailand-Kamboja yang Panjang

27 Juli 2025 – Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja di wilayah perbatasan masih berlangsung hingga Jumat (25/7), memasuki hari kedua. Militer Thailand melaporkan sedikitnya ada 12 lokasi pertempuran yang tersebar di sepanjang perbatasan kedua negara. Akibat peristiwa ini, total korban meninggal mencapai 16 orang, termasuk 14 warga sipil Thailand dan satu personel militer.

Situasi ini juga menyebabkan lebih dari 120 ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka demi keselamatan. Kementerian Dalam Negeri Thailand mengonfirmasi bahwa sebanyak 100.672 warga yang berasal dari Provinsi Surin, Sisaket, Buriram, dan Ubon Ratchathani telah mengungsi ke wilayah yang dianggap lebih aman. Selain korban jiwa, tercatat lebih dari 30 orang mengalami luka-luka, dengan 15 di antaranya merupakan tentara Thailand yang terluka dalam baku tembak.

Wilayah sengketa yang menjadi pusat ketegangan dalam konflik ini adalah kawasan Candi Preah Vihear. Situs warisan budaya ini berada di area dataran tinggi yang menjadi titik konflik kedua negara dalam beberapa dekade terakhir. Meskipun Mahkamah Internasional pada tahun 1962 secara resmi menyatakan bahwa kuil ini masuk dalam wilayah Kamboja, namun ketidakjelasan terkait batas wilayah di sekitarnya kerap memicu ketegangan antara kedua belah pihak.

Candi Preah Vihear sendiri merupakan kuil berarsitektur Hindu yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Selain bernilai penting secara budaya dan sejarah, kuil ini juga memiliki makna simbolik yang mendalam bagi Thailand dan Kamboja sebagai representasi identitas nasional masing-masing. Karenanya, setiap klaim atau kehadiran militer di sekitar kuil selalu berpotensi menimbulkan gesekan yang lebih luas.

Mengingat kondisi ini, kebutuhan akan diplomasi yang efektif antara Thailand dan Kamboja semakin mendesak demi mencegah terjadinya konflik bersenjata yang lebih luas. Harapan agar kedua negara segera menemukan jalan damai menjadi sangat penting untuk stabilitas regional di kawasan Asia Tenggara.

Baca Juga  Posisi Kami Sebagai Korban PT Muhibah Terungkap

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *