05 Juli 2025 – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati resmi mengumumkan revisi terhadap target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025. Dalam revisi tersebut, pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi menjadi 4,7–5%, lebih rendah dibandingkan target sebelumnya. Penyesuaian target pertumbuhan ekonomi ini dilakukan karena mempertimbangkan kondisi global yang mengalami perlambatan signifikan, terutama dalam perdagangan internasional dan harga komoditas yang tidak stabil.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa perubahan target pertumbuhan ekonomi ini bertujuan agar proyeksi pemerintah menjadi lebih realistis dan relevan dengan tantangan global yang tengah berlangsung. Meski target direvisi lebih rendah, pemerintah tetap yakin bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap stabil dan mampu menghadapi tekanan dari luar dengan berbagai strategi fiskal yang disiapkan.
Table of Contents
TogglePemerintah Optimistis Pertumbuhan Tetap Stabil

Meskipun target pertumbuhan ekonomi direvisi, pemerintah menyatakan tetap optimistis terhadap stabilitas ekonomi nasional. Kementerian Keuangan menegaskan bahwa revisi tersebut dilakukan dengan pertimbangan matang, sehingga tidak akan mengganggu stabilitas fiskal maupun rencana pembangunan yang telah disusun.
Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia memiliki fondasi ekonomi yang kuat dan siap menghadapi tekanan global dengan menjaga kestabilan ekonomi domestik. Pemerintah juga terus melakukan berbagai evaluasi secara berkala untuk memastikan kebijakan ekonomi yang diambil dapat mendukung pertumbuhan secara efektif.
Tekanan Global Jadi Penyebab Utama
Penyesuaian target pertumbuhan ekonomi menjadi 4,7–5% tahun 2025, terutama dipicu oleh berbagai faktor eksternal yang terjadi di tingkat global. Salah satu faktor dominan adalah perlambatan perdagangan global yang berdampak langsung pada ekspor Indonesia, terutama komoditas unggulan seperti kelapa sawit, batu bara, dan produk manufaktur.
Kondisi perekonomian di Amerika Serikat, termasuk potensi penerapan tarif baru terhadap sejumlah produk ekspor Indonesia, juga menambah tekanan. Menurut Sri Mulyani, ketidakpastian global ini menuntut Indonesia untuk lebih berhati-hati dan lebih fleksibel dalam menentukan kebijakan ekonomi.
Dampak Fluktuasi Harga Komoditas
Fluktuasi harga komoditas di pasar global menjadi perhatian utama pemerintah dalam merevisi target pertumbuhan ekonomi. Harga komoditas seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dan mineral strategis lainnya mengalami ketidakstabilan yang signifikan selama beberapa waktu terakhir. Hal ini mengakibatkan pemerintah harus melakukan penyesuaian dalam target penerimaan negara dan proyeksi pertumbuhan.
Sri Mulyani menambahkan bahwa pemerintah akan terus memantau perkembangan harga komoditas global agar kebijakan fiskal dapat disesuaikan secara cepat dan tepat. Langkah ini dinilai penting untuk mengurangi dampak negatif dari fluktuasi harga komoditas terhadap perekonomian domestik.
Strategi Pemerintah Menghadapi Tantangan Ekonomi
Pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi tantangan ekonomi global yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satunya adalah dengan meningkatkan koordinasi intensif bersama Bank Indonesia (BI), khususnya dalam menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan inflasi.
Selain itu, pemerintah akan terus mendorong konsumsi domestik dan investasi agar tetap tumbuh positif. Sri Mulyani juga mengungkapkan bahwa pemerintah sedang merancang kebijakan fiskal yang lebih ekspansif namun tetap berhati-hati, guna merangsang pertumbuhan tanpa mengorbankan keseimbangan fiskal.
Fokus Dorong Konsumsi Domestik
Dalam menghadapi tantangan global, konsumsi domestik menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi. Pemerintah akan meningkatkan belanja pemerintah, khususnya dalam proyek infrastruktur dan belanja sosial. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat daya beli masyarakat, sehingga konsumsi domestik tetap tinggi dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain konsumsi, pemerintah juga memberikan perhatian besar pada peningkatan investasi melalui berbagai insentif fiskal, reformasi birokrasi, dan penyederhanaan regulasi agar investor domestik maupun asing semakin tertarik berinvestasi di Indonesia.
Reaksi Pelaku Usaha terhadap Revisi Target
Kalangan pelaku usaha menyambut baik langkah pemerintah merevisi target pertumbuhan ekonomi tahun 2025 menjadi 4,7–5%. Menurut mereka, revisi ini mencerminkan sikap realistis pemerintah dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang cukup berat.
Pengusaha menilai langkah ini penting agar seluruh pihak, baik pemerintah maupun swasta, dapat menyusun rencana bisnis yang lebih terukur dan tepat sasaran. Mereka juga berharap pemerintah tetap menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri agar sektor usaha tetap bisa berkembang di tengah tekanan global yang tinggi.
Kesimpulan: Optimisme di Tengah Tantangan Global
Meski target pertumbuhan ekonomi Indonesia direvisi menjadi 4,7–5%, pemerintah dan pelaku usaha tetap optimistis perekonomian akan stabil. Langkah penyesuaian target pertumbuhan ekonomi ini menjadi sinyal positif bahwa pemerintah Indonesia proaktif dalam mengantisipasi dampak dari kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
Dengan berbagai strategi fiskal, peningkatan koordinasi dengan Bank Indonesia, serta dukungan terhadap konsumsi domestik dan investasi, Indonesia diharapkan mampu melewati tantangan global yang ada. Langkah bijak ini diharapkan mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan stabil hingga akhir tahun 2025.