Jackiecilley.com – Indonesia masih menghadapi tantangan serius terkait ketergantungan pada batu bara, meski pasar global mulai beralih ke sumber energi terbarukan. Dua pasar utama ekspor batubara Indonesia, yaitu China dan India, telah menunjukkan penurunan signifikan dalam konsumsi energi fosil dalam beberapa bulan terakhir. Analis dari Energy Shift Institute, Nabila Gunawan, mengungkapkan hal ini dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh Enter Nusantara di Jakarta pada Senin (27/10/2025).
Menurut Nabila, permintaan impor batu bara dari Indonesia mengalami penurunan pada bulan April tahun ini, yang merupakan penurunan terendah dalam tiga tahun terakhir. Terlebih, tren global menunjukkan bahwa energi terbarukan seperti energi angin dan matahari kini mendominasi pertumbuhan sektor kelistrikan di berbagai negara. Indonesia, di sisi lain, masih tertinggal hingga 18-19 tahun dalam hal produksi listrik berbasis energi terbarukan.
Sebagai salah satu produsen dan eksportir terbesar batu bara dunia, Indonesia mengekspor lebih dari 70 persen hasil produksinya. Namun, ketika pasar ekspor menyusut, dampaknya berisiko besar terhadap bank domestik yang masih berinvestasi di sektor ini. Menurut Nabila, bank yang mengucurkan kredit ke sektor batu bara berpotensi terguncang jika pasar mengalami penurunan lebih lanjut.
Kekhawatiran ini makin nyata mengingat beberapa lembaga keuangan besar masih mendanai proyek batu bara. Peneliti dari CELIOS, Rani Septyarani, menambahkan bahwa aliran dana yang berlanjut ke sektor batu bara menciptakan ketidakselarasan antara kebijakan energi dan kebijakan finansial nasional. Jika penurunan harga batu bara global terus berlangsung, potensi kerugian bagi bank-bank yang berinvestasi di sektor tersebut semakin nyata.
Dengan ketidakpastian global dan perubahan kebijakan di negara pengimpor, Indonesia berada di ambang kehilangan daya tarik di mata investor yang kini lebih memilih proyek energi hijau.