Jackiecilley.com – Memasuki usia 40 tahun merupakan momen penting yang dianggap sebagai garis peringatan dalam kehidupan manusia. Ustaz TGH Miftah el-Banjary, seorang pakar ilmu linguistik Arab dan tafsir Al-Qur’an, menjelaskan bahwa usia ini menandai sekitar 80% dari kuota kehidupan yang seharusnya dijalani. Keduanya, baik dengan atau tanpa bonus, akan mencapai titik akhir dalam penggunaan kuota tersebut.
Dalam tradisi ulama, memasuki usia 40 tahun seringkali diartikan sebagai saat untuk bersiap menarik diri dari banyak aktivitas duniawi. Hal ini didasari oleh hadis Rasulullah SAW, yang menyebutkan bahwa jika seseorang telah berusia lebih dari 40 tahun dan kebaikannya tidak melebihi keburukannya, maka ia harus bersiap menghadapi konsekuensi yang berat. Ustaz Miftah mengutip nasihat Al-Imam Al-Ghazali dalam kitab “Ayyuhal Walad,” yang menggarisbawahi pentingnya kualitas perbuatan menjelang usia ini.
Ustaz Miftah menambahkan bahwa usia 40 tahun menjadi titik awal untuk menentukan apakah seseorang akan menjadi ahli dunia atau akhirat. Dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, ketika beliau memasuki usia 37 tahun, beliau banyak menghabiskan waktu untuk bertafakur dan menjauhi keramaian hingga usia 40 tahun, menunjukkan pentingnya refleksi dalam hidup.
Menjelang usia ini, disarankan untuk meyakini bahwa kehidupan akhirat lebih baik ketimbang duniawi. Fokus pada hal-hal spiritual dan kebaikan menjadi langkah penting dalam menyongsong sisa kehidupan dengan lebih bermakna. Dengan demikian, individu diharapkan dapat memperbaiki diri dan mempersiapkan diri untuk masa mendatang yang lebih baik.