Jackiecilley.com – Pertumbuhan uang beredar di Indonesia menunjukkan angka positif, yakni sebesar 7,7% pada Oktober 2025 secara tahunan (yoy). Hal ini disambut baik oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sebagai tanda bahwa likuiditas perekonomian masih terjaga. Ketua PHRI DKI Jakarta, Sutrisno Iwantoro, menyatakan bahwa pertumbuhan ini menjadi sinyal positif bagi sektor hotel dan restoran, di mana meningkatnya likuiditas biasanya berkaitan dengan aktivitas ekonomi dan konsumsi masyarakat.
Menurut Sutrisno, terdapat dua poin penting terkait pertumbuhan uang beredar tersebut. Pertama, daya beli masyarakat menjelang akhir tahun sangat krusial. Musim liburan akhir tahun dan Natal serta Tahun Baru (Nataru) bergantung pada kemampuan belanja masyarakat. Oleh karena itu, dengan pertumbuhan M2 yang stabil, diharapkan permintaan terhadap kamar hotel, restoran, dan acara MICE akan meningkat, meskipun masyarakat tetap selektif dalam berbelanja.
Kedua, pertumbuhan ini dapat mempermudah akses pembiayaan bagi pelaku industri, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang membutuhkan dana untuk renovasi maupun modal kerja menjelang tahun baru. Sutrisno berharap momentum ini dapat membantu mempertahankan tingkat okupansi hotel dan kunjungan restoran hingga akhir tahun 2025 dalam tren positif, sembari mengingatkan pentingnya pengendalian inflasi agar daya beli masyarakat tidak turun.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) mencapai Rp9.783,1 triliun pada Oktober 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 11,0% dan uang kuasi sebesar 5,5%. BI menegaskan bahwa faktor-faktor seperti aktiva luar negeri, penyaluran kredit, dan tagihan kepada Pemerintah Pusat turut mempengaruhi perkembangan M2.