Jackiecilley.com – Pengamat sosial dari Universitas Gadjah Mada, R. Derajad Sulistyo Widhyharto, S.Sos., M.Si, mengingatkan akan pentingnya menjaga empati dalam penyampaian informasi, terutama mengenai isu sensitif seperti kasus kriminal yang melibatkan korban jiwa. Dalam keterangan tertulisnya, Derajad mengungkapkan bahwa kecepatan penyebaran informasi di era digital sering mengalahkan kepekaan terhadap perasaan manusia di balik peristiwa tersebut.
Menurutnya, pembuat konten harus menyajikan narasi yang menempatkan korban sebagai individu, bukan sekadar objek berita. Ia menekankan kebutuhan untuk menghindari penyebaran gambar atau rekaman yang dapat mempermalukan atau mengeksploitasi rasa sedih keluarga korban. Fokus seharusnya pada edukasi tentang keselamatan dan keadilan, sehingga publik bisa mendapatkan pelajaran tanpa mengorbankan martabat seseorang.
Derajad juga menyampaikan pentingnya menggunakan bahasa yang empatik dan tidak menghakimi dalam setiap narasi. Pembuat konten harus memberikan analisis yang seimbang, menyoroti akar permasalahan dan dampak sosial, alih-alih hanya menampilkan kronologi peristiwa yang sensasional.
Lebih lanjut, ia mendorong para pembuat konten untuk memberikan ruang bagi empati, seperti menunggu informasi yang valid sebelum membagikan berita. Dengan demikian, tragedi tidak menjadi sekadar konten, tetapi juga bagian dari tanggung jawab sosial yang lebih besar.
Derajad menambahkan bahwa dengan media sosial, terdapat pergeseran nilai dari ‘being’ menuju ‘showing’. Masyarakat kini lebih tertarik menampilkan diri dan berbagi pengalaman hidup, yang membuat media sosial menjadi ruang partisipasi publik yang luas. Ia menekankan bahwa tantangan yang dihadapi adalah bagaimana membangun kesadaran kritis dalam penggunaan media sosial tanpa kehilangan jati diri dan nilai-nilai kemanusiaan.
![[original_title]](https://jackiecilley.com/wp-content/uploads/2025/11/IMG_20250430_191412.jpg)