Site icon Jackiecilley.com

Konflik Sejarah Thailand dan Kamboja: Dendam yang Berkelanjutan

26 July 2025 – Wilayah Asia Tenggara kembali bergejolak setelah terjadinya konflik antara Thailand dan Kamboja, dengan kedua negara sekarang sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, sebagai Ketua ASEAN, bertindak sebagai mediator dalam proses ini.

Meski gencatan senjata telah disepakati, kedua negara memerlukan waktu untuk menarik pasukan militer yang telah dikerahkan di perbatasan. Pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Thailand menekankan bahwa implementasi gencatan senjata harus berdasarkan kondisi di lapangan.

Konflik ini bermula dari ketegangan yang meningkat sejak Mei 2025, ketika seorang tentara Kamboja tewas dalam baku tembak singkat. Serangan lebih lanjut terjadi pada 23 Juli, ketika Thailand menarik duta besarnya dari Phnom Penh dan mengusir duta besar Kamboja setelah dua tentara Thailand mengalami cedera serius akibat ranjau darat.

Dua hari konflik ini dilaporkan mengakibatkan setidaknya 16 korban jiwa, dengan rincian 14 korban di Thailand, termasuk 13 warga sipil dan satu tentara, sementara Kamboja mencatat satu korban tewas dan lima luka-luka. Ketegangan meningkat saat militer Thailand mengerahkan pesawat tempur F-16 untuk menyerang target militer di Kamboja.

Sejarah panjang konflik antara Thailand dan Kamboja, yang terkait sengketa wilayah perbatasan dan Kuil Preah Vihear, telah melibatkan berbagai insiden serupa yang menyulut konflik bersenjata selama bertahun-tahun. Kuil Preah Vihear secara khusus menjadi simbol dan sumber ketegangan karena keterkaitannya dengan identitas nasional kedua negara.

Dengan upaya mediasi terus berlangsung, harapan untuk mencapai penyelesaian damai tetap ada, meskipun risiko untuk kembali memanas tetap membayangi kawasan ini.

Exit mobile version