Jackiecilley.com – Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tiga tahun terakhir mencatat rata-rata sebesar 5,04%, angka yang terlihat stabil namun dipandang kurang memberi dampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat. Eko Listiyanto, Direktur Pengembangan Big Data INDEF, menyatakan bahwa angka pertumbuhan tersebut tidak mencerminkan kesehatan ekonomi yang berkelanjutan jika tidak disertai dengan peningkatan daya beli, penciptaan lapangan kerja berkualitas, dan investasi produktif.
Eko mengemukakan beberapa kekhawatiran terkait pertumbuhan ini dalam sebuah pernyataan pada Kamis (11/12/2025). Dia menyoroti bahwa meski konsumsi rumah tangga merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi, peningkatannya hanya berkisar antara 4,89% hingga 4,94%, yang lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun konsumsi mayoritas masyarakat diharapkan meningkat, realitasnya masih menunjukkan lambatnya pertumbuhan.
Selain itu, Eko mencatat fenomena deflasi yang terjadi di beberapa kuartal tahun 2024, khususnya antara Mei hingga September, mengakibatkan konsumen dan pelaku usaha menunda pembelian dengan harapan harga akan turun lebih lanjut. Situasi ini memengaruhi permintaan, menggiring ekonomi ke dalam spiral negatif.
Melihat tantangan ini, INDEF optimis bahwa Indonesia dapat memperbaiki pertumbuhan ekonominya menjadi lebih inklusif, yang dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat dari Sabang hingga Merauke. Pendekatan yang lebih strategis dalam stimulasi ekonomi dinilai krusial guna memastikan pertumbuhan tidak hanya sebatas angka, tetapi juga berimplikasi positif terhadap kehidupan sehari-hari.
![[original_title]](https://jackiecilley.com/wp-content/uploads/2025/12/menilik-kekhawatiran-di-balik-angka-stabilitas-pertumbuhan-ekonomi-5-persen-gmt.jpg)