23 July 2025 – Penggunaan kecerdasan buatan (AI) generatif di kalangan anak-anak semakin meningkat, dengan dampak yang mengkhawatirkan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa hampir 22 persen anak berusia 8 hingga 12 tahun di Inggris telah terpapar teknologi ini, dan 72 persen dari mereka menggunakan alat tersebut sebulan sekali atau lebih. Alat yang paling sering digunakan adalah ChatGPT, diikuti Gemini dan My AI dari Snapchat.
Adopsi AI generatif memberikan berbagai manfaat, seperti membantu anak-anak mencari inspirasi dan mempercepat proses belajar. Namun, dampak negatifnya juga tak bisa diabaikan. Salah satunya adalah potensi misinformasi yang dapat membahayakan perkembangan kognitif mereka. Contoh kasus yang mencolok adalah ketika AI seperti Amazon Alexa memberikan saran berbahaya, seperti meminta anak memasukkan koin ke dalam soket listrik.
STUDI dari Alan Turing Institute menunjukkan adanya peningkatan paparan terhadap alat AI generatif di antara anak-anak, yang berpotensi mengubah cara mereka berinteraksi dengan informasi. Dalam konteks ini, risiko muncul dengan mudah, terutama bagi anak-anak dengan kebutuhan belajar tambahan yang cenderung lebih mengandalkan teknologi tersebut.
Selain itu, ada kekhawatiran serius terkait konten tidak pantas yang dapat diakses anak-anak melalui platform AI. Beberapa aplikasi, seperti chatbot pendamping, telah terbukti menyajikan konten berbahaya, termasuk saran untuk melukai diri sendiri. Para ahli meminta pengembang untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan guna melindungi anak-anak.
Dengan laju perkembangan AI, isu keselamatan dan etika terkait penggunaannya oleh anak-anak menjadi semakin mendesak. Penelitian menunjukkan bahwa dampak negatif ini dapat memengaruhi perkembangan sosial dan kognitif anak, sehingga perlunya kontrol yang lebih ketat terhadap akses anak-anak terhadap teknologi ini.