Asal Usul Istilah Tsunami Berakar dari Bahasa Jepang

01 Agustus 2025 – Peringatan tsunami di wilayah Kamchatka, Rusia, telah dicabut setelah terjadi gempa berkekuatan Magnitudo 8,7. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Situasi Darurat Regional Kamchatka, Sergei Lebedev, melalui video yang dipublikasikan di kanal Telegram pemerintah setempat pada Rabu, 30 Juli 2025.

Gempa dengan magnitudo tersebut mengguncang daerah tersebut, yang menyebabkan kekhawatiran akan timbulnya gelombang besar. Namun, setelah evaluasi dan analisis dari pihak berwenang, instruksi kepada penduduk dan para pengunjung untuk waspada terhadap kemungkinan tsunami telah dicabut.

Kata tsunami sendiri berasal dari bahasa Jepang yang menggabungkan dua kata, “tsu” yang berarti pelabuhan dan “nami” yang berarti gelombang. Istilah ini mulai dikenal di Jepang sekitar abad ke-17, terutama setelah gempa besar di Sanriku pada tahun 1611. Namun, popularitasnya di kancah internasional meningkat setelah tsunami dahsyat terjadi pada tahun 1896.

Tsunami biasanya diakibatkan oleh pergeseran bumi yang mendadak di dasar laut, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, atau longsor. Sebelumnya, istilah “tidal wave” sering digunakan, namun dapat menyebabkan kebingungan karena terasosiasikan dengan pasang surut laut. Komunitas ilmiah akhirnya mendorong penggunaan istilah tsunami untuk menghindari kesalahpahaman.

Sejak peristiwa tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004, istilah tersebut semakin diakui secara global. Badan-badan internasional seperti UNESCO dan PBB kini menggunakan kata tsunami dalam dokumen kebencanaan tanpa menerjemahkannya ke dalam bahasa lain, menjadikannya istilah resmi dalam konteks kebencanaan internasional.

Baca Juga  WNI Diminta Waspada atas Konflik Iran-AS di Qatar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *